Kamis, 30 Mei 2013

HARAPAN GURU SD KELAS I TERHADAP KEMAMPUAN ANAK YANG LULUS TAMAN KANAK-KANAK





Tiap orangtua tentu akan berusaha memberikan pendidikan yang terbaik buat putra-putrinya bahkan sejak usia prasekolah. Peranan pendidikan prasekolah dianggap makin penting karena diyakini bisa memberikan landasan yang kuat untuk tingkatan sekolah selanjutnya. Belakangan ini, di Indonesia ada banyak sekali tawaran program pendidikan bagi anak-anak usia prasekolah, seperti kelompok bermain (play group) dan taman kanak-kanak (TK). Orangtua harus memilihkan anaknya pendidikan prasekolah yang tepat. Karena, jika keliru memilih tempat, tak hanya berarti kerugian secara finansial, juga risiko mempertaruhkan anak menghadapi masa depannya. Orangtua harus selektif memilih tempat pendidikan prasekolah yang tepat yang sesuai dengan keinginan dan juga kemampuan keuangan keluarga. 
Sejumlah informasi dibutuhkan oleh orangtua yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih tempat pendidikan prasekolah yang terbaik bagi anak. Tentunya harus tetap memperhatikan kondisi keuangan keluarga karena makin berkualitas fasilitas dan program yang ditawarkan maka makin mahal biayanya. Harapan orangtua dengan masuknya anak-anak di TK, anak-anak tersebut bisa benar-benar siap ketika memasuki SD kelas I.
Dengan demikian, pendidikan anak usia dini tingkat TK berusaha meningkatkan mutu pendidikan dan bisa memenuhi harapan orangtua dan juga guru SD kelas I. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di Taman Kanak-kanak, guru TK memegang peranan sangat penting. Guru TK dituntut untuk dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menarik dan menyenangkan bagi anak didik. Sesuai kebutuhan perkembangan anak, anak perlu mengembangkan aspek daya pikir, sosial emosional, kesehatan, pendidikan, dan spiritual. Semua aspek ini saling berkaitan dalam kehidupan anak dan berkembang secara bersama-sama. Perkembangan anak merupakan proses perubahan perilaku dari sederhana menjadi kompleks, dari tidak matang menjadi matang dimana anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek gerakan, berpikir perasaan dan berinteraksi dengan sesama atau benda-benda dalam lingkungan hidup.
Dengan adanya kurikulum berbasis kompetensi, sistem pembelajaran di TK disajikan pada 10 pusat kegiatan/ area yaitu: (1) area IPA/ sains, (2) area pasir dan air, (3) area drama, (4) area baca tulis, (5) area seni, (6) area balok, (7) area musik, (8) area agama, (9) area matematika, dan area masak, serta ditambah lagi dengan satu kegiatan di luar kelas.
Terkait dengan kurikulum berbasis kompetensi ini, guru TK diharapkan untuk selalu meningkatkan profesinya sehingga diharapkan pula guru mampu menjadikan anak memiliki kemampuan moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, bahasa, kognitif, fisik motorik, dan seni.
Pada satu sisi, bagi sebagian besar guru SD, mengajar kelas I merupakan tugas yang amat berat. Pasalnya, tugas ini membutuhkan kesabaran tingkat tinggi dalam pelaksanannya agar berhasil. Jika mengajar di kelas tinggi guru dapat berkonsentrasi ke arah pencapaian tujuan pembelajaran secara cepat, di kelas I para guru harus lebih bersabar. Pembelajaran yang berkualitas penting, namun pendidikan bagi siswa kelas I SD jauh lebih penting. Selain itu, beban kurikulum kelas I SD saat ini telah bertambah tingkat kesulitannya dibanding kurikulum 1975. Tuntutan perkembangan pengetahuan teknologi mengikuti perkembangan zaman, berimbas pada beban pembelajaran pada anak SD kelas I.
Siswa kelas I SD memang masih sangat terpengaruh dengan situasi rumah, dengan penuh kemanjaan, dan sangat riskan apabila guru melakukan kesalahan (baik ucapan maupun tindakan). Kesalahan ini akan dibawa dan berpengaruh pada kehidupan siswa hingga dewasa. Misalnya dalam proses pembelajaran, siswa kelas I yang rata-rata masih polos akan mengalami kesulitan mengikuti proses pembelajaran apabila guru menerapkan model pembelajaran yang membutuhkan keseriusan. Di sisi lain, guru juga akan mengalami kesulitan mencapai tujuan pembelajaran apabila hanya mengikuti kemauan siswa yang masih suka bermain dan tidak bisa duduk tenang di tempat duduknya. Akibatnya, proses pembelajaran cenderung gagal dalam arti guru tidak bisa memenuhi kebutuhan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Adanya kondisi tersebut, terjadilah pergeseran harapan guru SD kelas I terhadap kemampuan anak prasekolah (TK) sebelum mereka masuk SD kelas I. Pada beberapa puluh tahun lalu guru SD kelas I akan mengajar dengan tekun anak-anak yang sama sekali belum pernah masuk TK sampai anak-anak tersebut mampu membaca, menulis, dan berhitung. Saat ini banyak guru SD kelas I berharap anak-anak yang masuk kelas I SD telah memiliki kemampuan membaca, menulis, dan berhitung, sehingga guru bisa segera menyelesaikan beban kurikulum yang cukup berat.